Saturday, 3 October 2015

Sepucuk Surat Cinta Untuk Alm Ayah

Ayah sayang, apa kabar? Semoga ayah di negeri abadi senantiasa tersenyum seperti senyum ayah di masa-masa sulit dulu. Senyuman yang merangkum ikhlas, sabar, dan optimisme yang selalu mampu membuatku terpesona. Semoga Allah senantiasa melimpahkan cintaNya melebihi limpahan cinta ayah yang mengisi setiap lembar-lembar hidupku. Amiin.

Atas nama cinta kutuliskan catatan ini, satu dari sekian banyak catatan tentang ayah yang selalu ingin kukirim ke negeri abadi, tempat ayah kini berada. Setiap catatan adalah lukisan peristiwa dan luapan rasa yang berbukit-bukit tentang rindu yang luar biasa dari seorang anak kepada ayahnya.

Ayah, menyebut namamu, mengalunkan vibrasi dalam denyut nadiku, memenuhi rongga tubuhku dengan getaran. Jutaan getaran yang ditimbulkan oleh perasaan-perasaan yang berbeda, menyatu, membuatku terpekur dalam kerinduan. Rindu pada segala hal tentang ayah.

Ayah, aku ingin ayah tahu bahwa aku disini baik-baik saja. Ayah tidak perlu khawatir ya. Aku kangen ayah, kangen sekali. Rasa itu membuncah dalam dada. Setiap hari kucoba menitipkan rasa itu lewat doa-doa panjangku. Kuharap ayah bisa merasakannya. Banyak yang hilang dari hidupku sejak ayah pergi.

Ketika pucuk-pucuk pohon telah menjadi pangkal bagi tunasnya,
Ketika sayap-sayap telah lelah untuk menjelajah,
Dan ketika aroma tanah basah telah hilang, menjadi untaian jelaga dan kepanasan,
Barulah aku sadar….

Sudah dua tahun, dua tahun aku jauh dari ayah, dua tahun aku tidak mendengar nasihat dari ayah, dua tahun aku lepas seperti kapas, dua tahun aku tidak terbakar oleh kobaran semangat ayah, dan dua tahun aku mencoba tetap tegar menghadapi segala persoalan hidup, mencari setiap solusi yang aku butuhkan. Sendiri.

Bukan waktu yang singkat untuk sebuah perasaan kehilangan, dan bukan waktu yang terlalu lama untuk sebuah tahapan pendewasaan. Entahlah,, baru sekarang aku sadar batapa diri ini sangat rindu. Rindu pada setiap canda dan tawa yang kau tawarkan, cerita-cerita konyol, nasihat klasik dan bara semangat yang senantiasa mendidihkan keberanianku di waktu yang lalu. Dan ketika itu, semua hanya biasa. Tak pernah ada kesan istimewa. Tapi sekarang, yang biasa itulah justru yang sangat aku rindukan.

Ayah, kau tak pernah berhenti mengungkap segala harapan dan impian. Harapan yang kau berikan pada anakmu, keinginan tuk jadikan aku yang luar biasa. Harapan agar aku menjadi yang paling indah dan berarti. Hanya untuk sebuah alasan, “karena aku adalah anakmu”.

Kau tak pernah rela aku berada pada satu titik kesalahan, yang mungkin akan membawaku pada sedikit kemunduran. Dan kaupun selalu bangga dengan prestasi yang coba ku ukir, meski itu hanya untuk sedikit langkah yang lebih maju.

Dan sekarang aku disini, berada di puncak ambisiku, mencoba berdiri untuk menyusun pembuktian bahwa aku memang layak menjadi anakmu, dengan sebuah keyakinan bahwa doa dan semangatmu masih melekat erat di urat dan syarafku. Nasihatmu adalah solusi bagiku.

Ayah, banyak cerita yang ingin aku sampaikan padamu. Cerita-cerita tentang kemajuan yang aku dapatkan dalam dua tahun ini, pengalaman-pengalaman hidup yang dulu senantiasa kau ceritakan padaku. Aku telah mencoba untuk menjadi seseorang yang bukan anak-anak lagi, berusaha untuk mewarnai setiap lembaran kehidupanku dengan goresan-goresan warna yang indah. Mencoba untuk mencari arti sebuah hidup dan kebahagiaan. Tidak mudah memang, tapi kesulitan itulah yang menjadi warna bagi hidupku.dan apa yang telah dan kini aku hadapi barulah sedikit dari sekian banyak pelajaran hidup yang telah kau rasakan.

Perjalanan hidupmu yang tidak semua orang bisa melaluinya, tekad dan kemauan untuk menjadi yang terbaik, serta ketegaranmu dalam melangkah, itulah yang membuatku bangga menjadi anakmu. Dan sekarang kaulah yang harus bangga karena memiliki aku.

Ayah, betapa kerinduan ini semakin dalam. Walaupun banyak hal menyenangkan yang aku temui, kadang aku merasa lelah, letih dengan semua yang aku hadapi. Merasa putus asa dan ingin menyerah bila menghadapi masalah, meskipun itu belum seberapa.

Ayah, mengapa terkadang aku merasa dunia begitu tidak adil padaku? Kau meninggalkan aku disaat aku benar-benar butuh pendampingan darimu. Dari sosok seorang ayah. Aku merasa ditinggalkan.
Astaghfirullahal’adziim
Allah, aku tidak bermaksud untuk menggugatMu atau menuntut yang lain dariMu. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaan fitrahku, dan terkadang aku merasa berhak untuk itu. Aku ingin menangis, Ya Allah. Tapi aku tidak bermaksud untuk tidak ikhlas dengan semua kehendakMu, aku juga tak ingin air mataku menjadi penghalang bagi perjalanan ayahku menghadapMu. Aku hanya merasa aku berhak untuk menangis, meskipun terkadang aku tak tahu mengapa harus menangis. Tapi bukankah itu hak ku sebagai manusia??

Ayah, harapan yang kau letakkan di pundakku, harapan itulah yang senantiasa menjadi tonggak penyangga hingga aku tetap bisa bertahan menghadapi semua.

Ayah, ada banyak sekali potret ayah yang tersimpan dalam bingkai kenanganku, potret diri ayah dengan setiap nasihat dan kata-kata bijak yang kini menjadi salah satu pemanduku dalam mengarungi lautan kehidupan. Ayah tahu, mengenang ayah adalah mengenang sosok pencinta kehidupan dan sungguh aku banyak belajar dari ayah. Ayah adalah tauladan. Aku telah memahami bahwa mencintai berarti menghargai. Mencintai hidup berarti menghargai hidup. Dan itu yang aku lakukan sekarang dan seterusnya hingga kelak Allah memanggilku untuk kembali. Aku janji ayah!! Aku kini mencoba menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Sekarang aku sudah berjuang untuk menyelesaikan Tugas Akhir ku, tanggal 1 September 2015 aku sudah wisuda. Meski ayah tak dapat menghadirinya, tapi aku bisa menghadirkan dalam benakku senyum bangga ayah. Ya ayah,, aku harap ayah bangga padaku.
Ayah, sebenarnya aku sangat ingin mengatakan padamu. Dulu, mungkin karena rasa malu atau keluguan, aku terlalu enggan untuk menyatakan bahwa aku sayang ayah, aku cinta ayah. Sebuah rasa cinta kedua, yang aku curahkan setelah rasa cintaku pada-Nya.

Ayah, aku sayang padamu. Walaupun sekarang jarak maupun waktu tidak memungkinkan kita tuk bersua, tapi kau kan selalu ada di hatiku dan di setiap perjalanan hidup yang aku lalui.

Memang benar, terkadang kita merasa bahwa kita mempunyai sesuatu yang sebenarnya sangat berharga justru pada saat kita telah kehilangan.

Ya Allah,,, mudahkanlah jalanku
Untuk beribadah kepadaMu dengan
Melaksanakan amanah orangtuaku

Ya Allah,,, jadikan aku seorang anak
Yang benar-benar bisa berbakti kepada orangtua
Sabarkan aku untuk menghadapi segala kondisi

Ya Allah,,, pertemukanlah aku dengan orang-orang
Yang aku sayangi di akhirat nanti
Semoga jerih payah ini kan menjadi
Buah yang manis di masa depanku
Dan menjadi jalan pahala bagi orangruaku
Amiin

Aku yakin, banyak hikmah yang akan Allah berikan dibalik semua peristiwa yang telah terjadi. Dan aku yakin inilah pilihan yang terbaik bagiku dan bagi semuanya.

Ayah, segala rasa terimakasih terangkai untuk semua yang telah ayah berikan. Semua pengorbanan, tauladan dan nasihat yang tak pernah lelah ayah curahkan. Terimakasih untuk segala cinta yang selama ini menyelimutiku hangat. Terimakasih untuk semua maaf dan senyum penuh pengertian yang selalu terlantun saat aku khilaf. Terimakasih untuk semuanya.

Dalam setiap sujud-sujudku, aku senantiasa berharap Allah membalas setiap kebaikan ayah dengan jannahNya. Dalam setiap do’a aku senantiasa memohon agar Allah berkenan mempertemukan dan mengumpulkan kita di jannahNya. Jika kesempatan itu kelak Allah berikan, maka aku akan katakan pada ayah, aku sangat mencintai ayah.

Ayah, semoga jalinan kasih sayang ini akan senantiasa terpaut, dan semoga Allah mempertemukan dan mengumpulkan kita semua di firdausNya,amiin. Ayah, maafkan putramu (MUHAMMAD ISA) ini. Aku paling tidak bisa untuk bermain kata-kata, merayu, apalagi menggombal. Sungguh ini adalah ungkapan hati. Ayah, rindu dan cinta ini akan selalu hadir. Aku takkan pernah lupa dengan semua nasihatmu. Aku takkan pernah lupa dengan semua kasih sayangmu, aku takkan pernah lupa dengan semua pengorbananmu


Ayah, doa dan harapanmu akan senantiasa menjadi pengiring langkah hidupku, karena aku adalah anakmu..

ditulis : 3 Oktober 2015

No comments:

Post a Comment