Friday, 29 May 2015

YARA Abdya Ajukan Sengketa Informasi ke KIA

* Terkait Informasi Anggaran Perjalanan Dinas Bupati
BLANGPIDIE - Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) Perwakilan Abdya, mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi publik kepada Komisi Informasi Aceh (KIA) bernomor registrasi 650, pada Jumat (22/4), dengan termohon Sekdakab/Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) setempat.
Informasi publik yang menjadi obyek sengketa adalah dokumen Anggaran Perjalanan Dinas Bupati dan Anggaran Rumah Tangga Bupati Tahun 2013/2014. Karena PPID Abdya dituding tidak memberikan informasi kepada YARA terkait anggaran perjalanan dinas dan anggaran rumah tangga bupati, meskipun sudah berulang-ulang diminta

“Sesuai undang-undang, informasi yang kami mohon kepada termohon ini adalah informasi yang bersifat terbuka, sehingga wajib diberikan kepada pemohon,” ungkap Miswar SH, Ketua YARA Perwakilan Abdya, Sabtu (23/5).
Ia menjelaskan, pada 9 Maret 2015 pihaknya mengajukan permohonan informasi tentang anggaran perjalanan dinas bupati dan anggaran rumah tangga bupati 2013/2014 kepada PPID Abdya. Setelah 15 hari tidak ada jawaban, ia kembali melayangkan keberatan melalui surat pada 31 Maret 2015. Namun, lebih 30 hari kemudian, pimpinan PPID Abdya juga tidak membalas surat keberatan yang diajukan YARA.
Sementara Pelaksana Harian PPID Abdya, Zalsufran MSi yang juga Kabag Humas dan Protokol Setdakab Abdya, mengatakan bahwa pihaknya bukannya tidak memberikan informasi yang diminta, namun pihak PPID mengaku perlu waktu untuk mengumpulkan data, dan waktu yang ada belum cukup untuk mengumpulkan data tersebut. “Namun, karena penyelesaian sengketa informasi itu sudah diajukan YARA ke KIA, maka PPID Abdya menunggu informasi dari KIA,” katanya.(nun)


Sumber: Serambi Indonesia 

Senin, 25 Mei 2015 13:47

Satu Keluarga Masuk Islam di Abdya

BLANGPIDIE – Satu keluarga yang berjumlah tiga orang berasal dari Desa Hililaora, Kecamatan Lahusa, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumut, masuk agama Islam ditandai dengan pensyahadatan yang dilakukan di kediaman Keuchik/Kepala Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Abdya, Jumat (22/5).
Mereka terdiri dari Memahami Baene (27), Yani Yanti Laia (18), dan balita, Angelus Baene (9 bulan). Ikrar syahadat dibimbing Ketua MPU Abdya, Tgk H Abdurrahman Badar.
Setelah resmi menjadi muslim ketiganya diberikan nama baru, Memahami Baene diberikan nama Muhammad Fahmi Baene, Yani Yanti Laia diberi nama Nurbaiti Laia, serta Angelus Baene diberi nama Muhammad Ilham Baene. Usai acara pensyahadatan, Muhammad Fahmi Baene, melaksanakan sunat rasul yang dilakukan petugas Puskesmas Alue Pisang, Kecamatan Kuala Batee.
Sebelum menjadi muslim, anggota satu keluarga dari Nias Selatan, Sumut tersebut sudah sekitar enam bulan terakhir menetap di pondok perkebunan milik M Rasyid, warga setempat. Mereka menyampaikan keinginan pindah agama itu kepada M Rasyid yang kemudian meneruskan keinginan tersebut kepada tokoh masyarakat termasuk kepada aparatur gampong Lama Tuha.(nun)

Sumber: Serambi Indonesia 

Senin, 25 Mei 2015 13:51

 http://aceh.tribunnews.com/nanggroe/aceh-barat-daya

Lama Tuha Masih Produksi Daun Rokok Pucuk

LAMA Tuha merupakan salah satu desa/gampong terpencil di Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Terletak sekitar 22 km dari pusat kecamatan dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Meski berada dalam wilayah Kecamatan Kuala Batee, Lama Tuha lebih mudah dijangkau dari Desa Pulau Kayu (Jalan Bandara), Kecamatan Susoh menuju Kuala Batu, Kecamatan Kuala Batee, berjarak sekitar 8 Km.
Dulu, gampong ini terisolir karena hubungan dari dan ke Lama Tuha harus menggunakan rakit untuk menyeberangi Sungai Kuala Batu. Sejak empat tahun terakhir, Lama Tuha mulai lepas dari isolasi. Kawasan ini bisa dijangkau melalui jalur darat, setelah rampung pembangunan jembatan kerangka besi baja di atas aliran Krueng Batu.
Penghasilan masyarakat setempat hampir seluruh mengandalkan dari pekerjaan nelayan atau usaha tambak ikan air tawar dalam rawa-rawa setempat. Lama Tuha merupakan salah satu objek wisata terkenal di Abdya, dengan daya pikat hamparan pantai yang indah menawan.
Lebih dari itu, Lama Tuha juga memiliki peninggalan bersejarah dari Kerajaan Kuala Batee. Di kawasan ini, dulunya ditemukan meriam besi yang bertaburan dalam semak-semak kawasan pesisir pantai.
Selain tangkapan ikan laut, termasuk beragam jenis ikan yang hidup dalam rawa-rawa yang luasnya ribuan hektare, Lama Tuha sejak dulu dikenal dengan produk daun rokok pucuk (rukok oen). Masyarakat setempat memanfaatkan pucuk batang nipah yang tumbuh di areal rawa-rawa daerah itu sebagai bahan baku pembuatan rokok pucuk.
Rokok kretek yang merajai pasaran, tidak membuat rokok pucuk kehilangan peminat. Penikmat rukok oen masih ramai hingga sekarang, sehingga beberapa warga Lama Tuha pun setia memproduksi daun rokok pucuk dengan keahlian meracik pucuk batang nipah yang diwarisi dari orang tua mereka.
Hasan Jami (32), misalnya, masih menggeluti pembuatan daun rokok pucuk, di samping bekerja sebagai nelayan. “Proses pembuatan daun rokok pucuk perlu waktu lima hari, sejak memotong pucuk nipah, mengupas, menjemur dan mengolahnya menjadi daun rokok berwarna putih,” katanya kepada Serambi, Jumat (22/5).
Mengupas pucuk batang nipah sampai menjadi daun rokok memang diperlukan keahlian tersediri, termasuk mengolahnya dengan campuran tertentu sehingga warna daun rokok menjadi putih dan menarik perhatian konsumen. Hasan Jami menjelaskan, pemasaran rokok pucuk masih tinggi di Abdya, terutama di Pasar Blangpidie.
Daun rokok yang siap dijual kepada agen penampung dihargai Rp 2.000 per ikat (100 lembar). Rokok pucuk dijual dalam bentuk lembaran daun sepanjang lebih satu meter yang diikat.
Ketiadaan modal dan tempat pengolahan warna daun rokok pucuk yang belum tersedia menjadi kendala bagi Hasan Jami memproduksi rokok daun dalam jumlah besar. Padahal, bila rokok daun itu dipotong-potong seukuran rokok kretek, kemudian dikemas dalam kemasan khusus, rokok pucuk produk Lama Tuha Abdya, bisa dipasarkan ke luar daerah.(zainun yusuf)

Sumber: Serambi Indonesia(http://aceh.tribunnews.com/)

Anggaran Gampong di Abdya Bertambah

* Akan Terima Rp 241 Juta-Rp 300 juta/Gampong
BLANGPIDIE - Anggaran desa/gampong bersumber dari APBN 2015 yang dialokasikan untuk Kabupaten Abdya terjadi peningkatan signifikan, dari Rp 7 miliar menjadi Rp 35,8 miliar. Anggaran tersebut dibagi kepada 132 desa/gampong secara proporsional dan merata, sehingga masing-masing gampong mendapat jatah dalam jumlah bervariasi antara Rp 241 juta sampai Rp 300 juta lebih.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Kesejahtera (BPM, PP&KS) Abdya, Edi Darmawan SSos MM, Rabu (27/5) menjelaskan, peningkatan dana desa (gampong) meningkat setelah pemerintah pusat mengesahkan APBN-Perubahan 2015, Maret lalu. “Alokasi dana desa dalam APBN Murni untuk Kabupaten Abdya hanya Rp 7 miliar, setelah pengesahan APBN-Perubahan meningkat menjadi Rp 35,8 miliar,” ungkap Edi.
Pembagian anggaran gampong tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22/2015 tentang Perubahan PP Nomor: 60/2014, dilakukan dengan dua cara. Pertama, 10 persen secara proporsional, dan kedua, 90 persen secara merata, sehingga setiap gampong menerima anggaran desa dalam jumlah bervariasi antara Rp 241 juta sampai Rp 300 juta lebih.
Peningkatan alokasi anggaran desa juga berdampak terhadap perubahan Peraturan Bupati (Perbup) Abdya tentang pembagian anggaran per desa. “Perbup Abdya yang sudah disesuaikan, dan sudah kami serahkan kepada Kementerian Desa,” ungkapnya.
Salah satu syarat anggaran gampong bisa ditransfer pemerintah pusat ke rekening Pemkab Abdya, yaitu setelah diserahkannya Perbup tentang pembagian dana gampong per desa. Kemudian, pemerintah pusat mentransfer anggaran gampong sebesar Rp 35,8 miliar ke rekening Pemkab Abdya. Lalu, Pemkab Abdya menyalurkan ke masing-masing rekening pemerintah gampong.
Sebelum disalurkan ke rekening pemerintah gampong, keuchik/kepala desa harus menyiapkan Rencana Anggaran Pembangunan dan Belanja Gampong (RAPBG), Rencana Kerja Pemerintah Gampong (RKPG) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG). “Bila dokumen tersebut belum selesai, maka anggaran gampong tahun 2015 tidak bisa disalurkan,” tegas Edi.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa beberapa gampong sudah menyusun RAPBG, RKPG dan RPJMG. Bagi yang sudah selesai RAPG maka diminta segera melakukan konsultasi dengan Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Kabupaten (DPKKK). Sedangkan untuk RKPG dan RPJMG, dikonsultasikan dengan Bappeda Abdya.
Kepala BPM, PP & KS Abdya, Edi Darmawan kebali meminta para keuchik/kepala desa agar mengelola anggaran gampong yang relatif besar tersebut secara hati-hati, dan harus sesuai aturan.
Hal itu perlu mendapat perhatian, karena keuchik/kepala desa bertindak sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Anggaran (KPA/PA) Dana Gampong. Makanya, harus sesuai aturan agar tidak tersangkut dengan hukum.
Dalam pengelolaan anggaran gampong, bendahara gampong di kabupaten ini. kata Edi, sudah dilatih. Termasuk keuchik juga sudah mengikuti pelatihan pengadaan barang dan jasa, dan sudah dipersiapkan 132 sarjana pendamping desa di Abdya.(nun)

Sumber :  Kamis, 28 Mei 2015 13:49 (http://aceh.tribunnews.com/)

DPR Aceh: Banyak Proyek Tahun 2014 Bermasalah dan Mubazir


DPR Aceh: Banyak Proyek Tahun 2014 Bermasalah dan Mubazir

BANDA ACEH-Darwin: Anggota Komisi III (Bidang Keuangan dan Asset) Dewan Pewakilan Rakyat Aceh (DPRA) H.Musannif Sanusi, SE mensinyalir ada sejumlah proyek yang dikerjakan pada tahun 2014 dengan sumber anggaran APBA terkesan mubazir. Pasalnya proyek tersebut kini tidak dimanfaatkan alias terbengkalai.
“Cukup banyak jumlah pembangunan yang dibangun tahun lalu, tapi tidak dimanfaatkan,” kata Musannif, kepada Koran Independen, saat ditemui warung kopi Solution di Banda Aceh, Kamis 22 Mei 2015.
Namun, Musannif belum bersedia menyebutkan nama-nama proyek tersebut dengan alasan masih dalam tahap peninjauan Timnya. “Nanti Kalau sudah final, pasti akan saya kabari kepada kawan-kawan Media,” ungkap Musannif.
Menurut dia, proyek yang dibangun selama ini lebih terkesan pada bentuk sebuah kepentingan semata, dan upaya menghabiskan anggaran yang ada. Seharusnya azas kemanfaatan lebih diperhitungkan, guna lebih mendukung perekonomian masyarakat.
Musannif Mantan Anggota DPRK Aceh Besar dua Periode ini, kejanggalan yang terjadi dalam pelaksanaan sejumlah proyek, selain pada pekerjaannya juga pada perencanaan proyek yang sedang dipansuskan oleh pihak Anggota DPRA itu, diprediksi hal serupa juga terjadi di seluruh Aceh.
Sedangkan pihaknya yang menjadi lokasi Pansus di Daerah Pemilihan (DAPIL) I berhasil ditemukan beberapa buah proyek yang termasuk proyek mubazir, sembari menyebutkan salah satu proyek yang dibangun di wilayah Kabupaten Aceh Besar dengan anggaran APBA mencapai ratusan juta rupiah, tapi hingga kini belum dimanfaatkan.“Tapi nama proyek-proyek ini jangan ditulis dulu, kita tunggu Paripurna terlebih dahulu,” pinta Musannif.
Ia, berjanji akan membawa persoalan ini ke Paripurna Pansus Pertanggung jawaban ke Gubernur Aceh. Minggu depan, kita meminta pertangungjawaban pihak Eksekutif, terkait sejumlah proyek-proyek yang telah dibangun itu dan mubazir.
Musannif juga anggota DPRA  Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Aceh, juga mengungkapkan bahwa tehnik dan sistem pengelolaan keuangan Negara di Aceh masih belum tepat, sehingga tidak mampu memberdayakan Anggaran yang berlimbah dalam mewujudkan kemakmuran rakyat secara optimal.
Kendati begitu, tegas Musannif, tim pansus tetap berkerja memenuhi tanggung jawab dalam fungsi pengawasan. “Meski tidak didampingi SKPA, kami terus melakukan tugas pansus.,” demikian pungkas Musannif.  *darwinwin32@yahoo.co.id

sumber :  By Erni on 27 May 2015 (http://www.koranindependen.com)

Bos Cabang Coca Cola Gabung ISIS

Pasukan ISIS (google)

Bos anak perusahaan Coca Cola bernama Aminul Islam yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif International Beverages Private Ltd Bidang Teknologi Informasi, pria tersebut ditahan saat penggerebekan Kepolisian Bangladesh dan diduga ingin bergabung ISIS. Aminul Islam merupakan satu dari dua orang yang ditangkap dalam operasi tersebut.
“Dia ditangkap karena dicurigai merencanakan sesuatu untuk bergabung dengan kelompok teror ISIS,” ujar aparat tak disebut namanya itu seperti dilansir dari news.com.au, Selasa (26/5).
International Beverages Private Ltd adalah anak usaha perusahaan minuman bersoda Coca Cola Company asal Amerika Serikat. Aminul, sebagai petinggi perusahaan yang menggarap pasar Asia Selatan itu selama ini sudah hidup enak. Bayarannya setiap bulan, jika berpatokan pada situs Glassdoor, setara Rp 44 juta atau Rp 529 juta per tahun.
Menurut laporan dari media setempat, Aminul dicokok bersama anggota kelompok fundamentalis radikal yang terlarang, Jamaat Ul-Mujahideen. Kelompok radikal ini diketahui memiliki sejarah sering menanam bom dan mengeksekusi hakim.
Pengakuan mereka kepada Detektif setempat, Sheikh Nazmul Alam, telah merekrut 25 pelajar sekolah menengah untuk bergabung dengan ISIS.
Orang kedua yang ditangkap bernama Aminul bernama Sakib bin Kama. Dia merupakan seorang guru bahasa Inggris yang bekerja di Ibu Kota Dhaka. Polisi telah menyita sebuah laptop, tiga ponsel, dan tujuh buku jihad dari pasangan tersebut. Polisi Bangladesh sedang rajin menyusuri tempat-tempat yang diduga menyalurkan orang ke ISIS. Sebanyak 12 orang ditangkap dalam beberapa bulan terakhir, dikarenakan curigai terlibat dalam kasus terorisme.
sumber : (merdeka.com) (http://www.koranindependen.com)

Coretan Politik Terhadap Perekonomian Aceh

BANDA ACEH-Darwin: Kajian politik di Aceh di masa kini kian menumpuk dan semakin meng-Opini, setidaknya kajian tersebut selalu menawarkan berbagai solusi bagi pemerintah Aceh. Namun, sejauh kajian tersebut, persoalan politik dan perekonomian di Aceh semakin “haro hara” atau semakin “Hadeup”. padahal tujuan utama dari kajian tersebut hanyalah untuk menjadi sebuah pedoman bagi pemerintah Aceh baik dimasa kini maupun dimasa yang akan datang.
Salah satu seorang penulis yang aktif di media sosial bernama Misran, laki-laki kelahiran Blang Raja 6 Febuari 1987 yang baru menyandang gelar sarjana Hukum Islam atau Sarjana Syariah, ia berasal dari keluarga yang sederhana dan senantiasa merintih kehidupan Di seputaran wilayah Banda Aceh, kini ia sangatlah peka terhadap persoalan Aceh yang hari ini rentan diperbincangkan lewat media sosial maupun media cetak. Dalam sebuah tulisannya malam ini mulai nampak bahwa Misran bersama Rizal Putra Babahrot yang sedang menikmati secangkir kopi di sebuah warkop seputaran lingkar kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh semakin peduli terhadap gejala sosial yang sedang menjolak.
Sejauh ini, kajian politik dan perekonomian di Aceh tidak hanya terpaku pada sebuah coretan dimedia cetak ataupun media Online yakni, seperti yang tertulis dalam serambi opini. Karenanya, Kajian Politik dan Perekonomian Aceh senantiasa terekam dalam peristiwa sejarah dimasa yang silam. Akan tetapi para penulis terus menyusun dan tidak pernah berhenti melakukan kajian politik dan perekonomian Aceh hingga tuntas.
Disini jelas terlihat bahwa, opini tentang kajian politik dan perekonomian Aceh perlu kita sinkronkan dengan model kepemerintahan sekarang. Karenanya, coretan-coretan kecil yang berbaur politik dan perekonomian Aceh tidak ingin terlewatkan begitu saja. Kenapa tidak, hal ini diharapkan agar menjadi pedoman bagi pemerintah Aceh yang sedang berkiprah dibirokrasi kepemerintahan.
Seharusnya, Aceh yang dikenal oleh seluruh penjuru Dunia yang senantiasa mengandung hasil sumber daya Alam yang begitu melimpah ruah sebenarnya pertumbuhan perekonomian Aceh tidaklah patut menjadi angka terendah diseluruh provinsi di Indonesia seperti yang dirilis oleh Badan Statistik (BPS) triwulan pertama 2015. Menurunnya pertumbuhan ekonomi di Aceh merupakan gambaran lemahnya kinerja pemerintah Aceh. Sehingga hal ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap Aceh yang banyak menyimpan hasil sumber daya Alam. Misalnya terjadinya peningkatan angka pengangguran 0,98% dibandingkan periode yang sama 2014, yaitu mencapai 7,73%, di kedua triwulan 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih belum signifikan.
Demikian semoga, menjadi pedoman. dan semuanya itu hanyalah seseorang yang bijak yang dapat menemukan solusi untuk meningkatkan kesejahteraan Aceh…..!!!
Berita Opini dari: MISRAN, SH.I ( UIN Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh jurusan Syariah Dan Hukum)

Sunday, 24 May 2015

aku mencintaimu suamiku

Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Cinta itu butuh kesabaran…Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita??? Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..
Pernikahan kami sederhana namun meriah….. Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula. Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu.. Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku. Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.
Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami. Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.
Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku… Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA. Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…
Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.
Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.
Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.
Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.
Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.
Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …
“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”.
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”
Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya Salah ataupun Tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.
Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.
***
Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.
Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru saja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya, ”Ada apa kamu memanggilku?”
Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang”
Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?”
“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.
“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.
”Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.
”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.
Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama Suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena Suamiku sangat sayang padaku.
Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.
Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.
Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.
***
Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.
Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..
Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu..
Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..
Lebih baik aku tutupi dulu tentang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.
Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.
Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.
Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.
Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.
Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.
Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..
Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..
Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.
***
Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.
Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?
Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku dan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus.
Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.
Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah..
Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.
Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.
***
Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.
Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.
Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.
Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.
“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.
“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas.
“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan.
Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.
Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!”
Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.
Lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.
Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..
***
Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..
Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.
Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir, tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.
Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.
Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.
“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.
”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya..
Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“.
Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?
“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.
“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.
Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“
MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..
Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.
Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah.
‘’Untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami..”
Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”
Suamiku menjawab, ”Dia Desi!”
Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”
Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.”
”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.
Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..
Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?
Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“
Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.
Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.
Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”
Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.
Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!“
“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang.
Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.
Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu..
***
Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.
Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku
save di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”
Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.
“Apakah kamu sudah siap?”
Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :
“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.
Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?”
Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…
“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.
Dia mengangguk dan berkata, ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.
Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita lihat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”..
Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.
Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.
Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir.
Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.
***
Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.
Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.
Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku.. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.
Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?
Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.
Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.
Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.
“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”
Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..
Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.
Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?”
”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.
Lalu suamiku berkata, ”Bun, Ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda..”
Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.
Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah.. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah.. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu..“
Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.
Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.
***
Keesokan harinya…
Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit..
Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..
Aku merasakan tanganku basah..
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.
Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”
Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?
Aku berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”
“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”
Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.
Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.
Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.
Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu. Ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami.
Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma?
Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma?
Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku.. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya..”
***
Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.
==========================
===========================
Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah..
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah ?
Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.
Aku sangat marah..
Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan
ibunya..
Aku tak mau sakit hati lagi..
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..
Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu. Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui, tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. Aku harus sadar diri.
Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu..
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela..
Tapi aku harus ikhlas menerimanya.
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya. Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku. Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir. Sebelum ajal ini menjemputku.
”Ayah.. aku kangen Ayah..”
’’Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.’’
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur..
Bunda akan selalu hidup dihati ayah..
Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin Ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus..
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda.. kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui..
Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang..
’’Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka.
Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja..
Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?
Tunggulah Ayah disana Bunda..
Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..
’’Ayah Sayang Bunda….’’
yang mau nikah like Ngunduh Mantu