“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila dia baik maka
baiklah seluruh jasad, dan apabila dia buruk maka buruklah seluruh jasad.
(Riwayat Bukhari & Muslim, dari Nu'man bin Basyir)
Mungkin kita akan bertanya, apakah yang dimaksud dengan segumpal daging itu, Jantung ataukah hati? Lantas mengapa Rasul SAW mengatakannya segumpal daging?
Mari teman-teman, saya mengajak untuk mengepalkan tangan ?! Jika sudah! Bukankah seperti itu yang dimaksud dengan segumpal daging? Yang apabila dia baik, maka baiklah seluruh jasad, dan apabila dia buruk maka buruklah seluruh jasad. lantas siapakah yang dimaksud dengan segumpal daging tersebut? Kalolah teman-teman sedang sedih, kecewa, dan marah, kira-kira apa yang tangan anda pegang saat itu?! Bukankah memegang dada yang sebelah kiri, betul?!
Jika kita kaitkan antara kedua maksud tersebut. kira-kira organ apakah yang dimaksud dengan segumpal daging itu? Dan dimanakah letak segumpal daging tersebut?! Bukankah yang dimaksud itu adalah jantung?! Bukankah jantung itu sebesar kepalan tangan dan terletak di dada sebelah kiri. Jadi apakah benar segumpal daging yang dimaksud adalah jantung? Yang jika ia baik maka baiklah seluruhnya.
Maka benar, Jantunglah yang dimaksud dengan segumpal daging itu bukanlah hati. Hanya saja Kita orang Indonesia sering menganggap itu adalah hati, tapi sebenarnya bukan. Dalam bahasa inggris, kita sering mendengar “heart” artinya bukanlah hati melainkan jantung. Keduanya memang terletak ditempat yang berlainan serta memiliki fungsinya masing-masing. Jantung bertugas mengepam dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh sedangkan hati berfungsi menyimpan glukosa. Jantung juga berfungsi memperbaiki darah yang kekurangan oksigen. Lantas apakah benar bila jantung itu baik, maka baiklah seluruhnya?
Jantung adalah tempat sejuta rasa, gudangnya perasaan dan emosi dalam dada. kalo kata bimbo, “tempat pahala dan dosa berpadu. Di dalamnya bersemayam bahagia, tersimpan duka, gudangnya cinta, dan seluruh emosi dalam jiwa. Disaat kita marah, wajah seakan memerah, dan darah naik cepat ke kepala. Saat itulah Jantung mulai melahirkan perasaan. Jantung terasa berdegup dengan kencang dan mengalirkan darah naik ke otak. Itulah tanda bahwa segala emosi terletak dijantung yang melahirkan segala rasa. Jantung bagaikan hardware dan otak kita sebagai softwarenya. Ia adalah perangkat keras yang merupakan sistem kendali atas semua program. Jika ia rusak maka tiada guna lagi perangkat lainnya.
Ketika Rasulullah SAW masih kanak-kanak, malaikat telah membelah dadanya untuk membersihkan satu organ dalamnya, Itulah jantung.
Jika jantung adalah bagian penting dalam tubuh. Mestinya kita merawatnya dengan baik agar terlihat cantik seperti merawat tubuh kita sendiri. Mengawasi setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh. Kalolah makanan yang kita makan adalah halal, maka jantung akan mengalirkannya ke seluruh tubuh dan yakinlah pikiran dan sikap akan menjadi sehat. Namun hati-hati jika makanan haram masuk ke dalam tubuh, maka jantung akan mengalirkannya ke seluruh tubuh, dan akhirnya pikiran menjadi rapuh.
Maka pentingnya kita menjaga jantung agar ia tampak sehat dan bersih. Bersih dari penyakit-penyakit iri, dengki yang dapat membuat jantung berdetak tidak stabil. Kalolah jantung terlihat kusam dan hitam, maka cahaya Allah akan sulit masuk ke dalam tubuh. Bagaimana bisa bercermin pada kaca yang kusam dan kotor, maka cahaya pun akan sulit memantulkan sinarnya. Jika jantung hitam dan kusam, maka sulit pikiran dan sikap baik terpantul keluar darinya. Jadi bila segumpal daging ini baik, maka baiklah seluruh jasadnya.
Mulai sekarang, kita mesti hati-hati, dengan setiap pikiran dan makanan yang masuk ke dalam tubuh kita. Jika kita tidak mampu mengisinya dengan kebaikan maka ia akan terisi dengan keburukan. Karena yang dicari di dunia ini adalah kebahagiaan, maka sepatutnya kita menjaga rasa bahagia yang dapat hadir ini dalam jantung. Ketika masalah datang, Allah tidak meminta kita untuk memikirkan jalan keluar hingga penat, Allah hanya meminta kita dzikir dan sholat.
No comments:
Post a Comment