Pagi ini aku teringat dengan kampung halaman nan jauh di barat Indonesia. Disaat ku membaca sebuah blog novelis (Sayf Muhammad Isa) yang mengangkat kisah perang sabil di Aceh, hatiku semakin bangga menjadi aneuk nanggroe. Namun sebenarnya aku malu sebagai anak muda aceh yang seharusnya memiliki semangat juang layaknya pejuang jaman dulu, tapi kini semakin jauh dari harapan. Apalagi disaat mereka memperjuangkan harkat dan martabat serta Islam yang mereka pegang dengan teguhnya.
Apa jadinya kalo hari ini, para pejuang tersebut kembali dan melihat anak-anak muda aceh saat ini. Apakah ia akan bangga memiliki penerus seperti sekarang, atau malah sebaliknya. Padahal sejarah telah mengatakan pejuang aceh adalah pejuang yang gagah berani, kuat, dan tegas namun lemah lembut dalam persaudaraan.
Kita yang lupa dengan syair ini, ataukah tidak mengetahui sejarah perjuangan aceh jaman dahulu. Bukankah dulu setiap anak aceh dinyanyikan lagu ini sebagai pengantar tidur. Bagaimana bangganya setiap orang tua aceh melihat anak-anaknya ketika tidur. Disaat mereka terlelap, orang tua melihat begitu dalamnya masa depan yang akan mereka pertaruhkan, begitu besarnya harapan dan doa yang orang tua titipkan sepanjang malam. Sebagai pengantar tidur agar malam pun melindungi mereka. Sebab ketika besar nanti mereka akan menjadi anak yang bangga karena lahir dari tanah perjuangan dan membela Islam.
Allah hai do doda idi
Boh gadong bi boh kayee uteun
Rayeuk sinyak hana peue ma bri
Ayeb ngon keuji ureung donya kheun.
Allah hai do doda idi
Buah gadong dan buah-buahan kayu dari hutan
Cepat besar anakku, tapi tak ada yang dapat ibu berikan
Aib dan keji orang mengatakan
Ternyata begitu takutnya seorang ibu.
Sehingga Ia berharap agar anaknya cepatlah tumbuh dewasa. Namun tak ada yang bisa ibu berikan apapun pada anaknya. Kecuali doa dan harapan yang ia titipkan sepanjang malam, disetiap sujud dan kedua tangan sambil terangkat keatas. “InsyaAllah itu yang akan menerangi setiap jalan yang nantinya engkau derapkan”
Allah hai do doda idang
Seulayang blang ka putoh taloe
Beurijang rayeuk muda seudang
Tajak bantu prang tabela nanggroe
Allah hai do doda idang
Layang-layang di langit telah putus talinya
Cepatlah besar anakku, oh Banta Seudang!
Ikut bantu berperang untuk membela bangsa
Ibu berharap agar anaknya cepatlah besar. Cepatlah menjadi pembela agama Allah dan bangsa. Janganlah takut wahai anakku, kalaulah nanti kita berpisah, maka itu hanyalah di dunia, kalaulah engkau yang dahulu kembali ke kampung halaman itu lebih baik anakku. Ibu akan menanti mu di surga. Dan Ibu akan menunggu engkau didepan pintu, sambil engkau mempersilahkan masuk ke dalamnya. Tidak ada yang aku pinta di dunia, kecuali bertemu engkau dan seluruh keluarga berkumpul di kampung halaman. Karena inilah kampung yang kekal dan abadi. Tiada kesedihan dan kepedihan lagi, yang ada hanya ada kebahagiaan yang kekal didalamnya.
Wahee aneuk meubek taduek le
Beudoh saree tabela bansa
Bek tatakot keu darah ilee
Adak pih mate poma ka rela
Bangunlah anakku, janganlah duduk dan berdiam diri lagi
mari bangkit bersama membela bangsa
Jangan pernah takut walaupun darah harus terbuang
Sekiranya engkau mati, ibu pun telah rela
Begitu dalamnya pesan dalam lagu ini, kalaupun kematian itu akan datang pada waktunya, tetapi jika itu lebih mulia, maka tidak perlu menunggu waktu maka jemputlah dengan segera!
Allah hai Pho Ilaahon haq
Gampong jara` hantroh loen woe
Adakna bulee ulon teureubang
Mangat rijang trok u nanggroe
Allah itu Tuhan Yang Benar
Kampung yang jauh tiada tara, aku akan pulang
Andaikan punya sayap aku kan terbang
Agar lekas sampai di kampung halaman
Namun kalaulah Ibu yang akan duluan, maka walaupun kampung itu jauh dan ibu tidak tahu seberapa lama akan ditempuh, maka ibu akan pulang. Andaikan saja ibu punya sayap, maka ibu akan segera ke sana, supaya segera tiba. Biarlah ibu titipkan engkau wahai anakku bersama Allah dan para malaikatnya. Biarkan Allah yang akan menemanimu walau itu dalam kesendirian.
Semoga kita anak-anak aceh dapat merenungi perjuangan yang luar biasa dulu. Karena Pejuang Aceh adalah Pejuang Islam yang terbukti kuat dan tangguh karena ketaatannya. Namun dibalik itu semua terdapat ibu-ibu yang hebat karena telah melahirkan anak-anak muda aceh yang menjadi kebanggaan atas keteguhan dan keimanan mereka. Sebab tiada yang dicari di dunia ini, kecuali Hidup Mulia ataukah Mati syahid”. Kita pun berharap dapat mengembalikan semangat aceh yang kini telah hilang, terutama dalam menyampaikan ide-ide Islam. Dan semoga kita dapat membanggakan kedua orang tua kita terutama dalam mengejar cita-cita. Biarlah pejuang dulu telah tiada, yang terpenting semangatnya tidak boleh pernah pudar, namun harus membara dalam dada.
No comments:
Post a Comment