BANDA ACEH-Darwin: Kajian politik di Aceh di masa kini kian menumpuk dan semakin meng-Opini, setidaknya kajian tersebut selalu menawarkan berbagai solusi bagi pemerintah Aceh. Namun, sejauh kajian tersebut, persoalan politik dan perekonomian di Aceh semakin “haro hara” atau semakin “Hadeup”. padahal tujuan utama dari kajian tersebut hanyalah untuk menjadi sebuah pedoman bagi pemerintah Aceh baik dimasa kini maupun dimasa yang akan datang.
Salah satu seorang penulis yang aktif di media sosial bernama Misran, laki-laki kelahiran Blang Raja 6 Febuari 1987 yang baru menyandang gelar sarjana Hukum Islam atau Sarjana Syariah, ia berasal dari keluarga yang sederhana dan senantiasa merintih kehidupan Di seputaran wilayah Banda Aceh, kini ia sangatlah peka terhadap persoalan Aceh yang hari ini rentan diperbincangkan lewat media sosial maupun media cetak. Dalam sebuah tulisannya malam ini mulai nampak bahwa Misran bersama Rizal Putra Babahrot yang sedang menikmati secangkir kopi di sebuah warkop seputaran lingkar kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh semakin peduli terhadap gejala sosial yang sedang menjolak.
Sejauh ini, kajian politik dan perekonomian di Aceh tidak hanya terpaku pada sebuah coretan dimedia cetak ataupun media Online yakni, seperti yang tertulis dalam serambi opini. Karenanya, Kajian Politik dan Perekonomian Aceh senantiasa terekam dalam peristiwa sejarah dimasa yang silam. Akan tetapi para penulis terus menyusun dan tidak pernah berhenti melakukan kajian politik dan perekonomian Aceh hingga tuntas.
Disini jelas terlihat bahwa, opini tentang kajian politik dan perekonomian Aceh perlu kita sinkronkan dengan model kepemerintahan sekarang. Karenanya, coretan-coretan kecil yang berbaur politik dan perekonomian Aceh tidak ingin terlewatkan begitu saja. Kenapa tidak, hal ini diharapkan agar menjadi pedoman bagi pemerintah Aceh yang sedang berkiprah dibirokrasi kepemerintahan.
Seharusnya, Aceh yang dikenal oleh seluruh penjuru Dunia yang senantiasa mengandung hasil sumber daya Alam yang begitu melimpah ruah sebenarnya pertumbuhan perekonomian Aceh tidaklah patut menjadi angka terendah diseluruh provinsi di Indonesia seperti yang dirilis oleh Badan Statistik (BPS) triwulan pertama 2015. Menurunnya pertumbuhan ekonomi di Aceh merupakan gambaran lemahnya kinerja pemerintah Aceh. Sehingga hal ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap Aceh yang banyak menyimpan hasil sumber daya Alam. Misalnya terjadinya peningkatan angka pengangguran 0,98% dibandingkan periode yang sama 2014, yaitu mencapai 7,73%, di kedua triwulan 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih belum signifikan.
Demikian semoga, menjadi pedoman. dan semuanya itu hanyalah seseorang yang bijak yang dapat menemukan solusi untuk meningkatkan kesejahteraan Aceh…..!!!
No comments:
Post a Comment