Saturday 7 March 2015

Hasil riset: Perempuan Indonesia matre dalam memilih pasangan




Setiap perempuan di muka bumi memiliki sejumlah penilaian terhadap pria yang akan dipacari atau dinikahinya. Di Indonesia, ternyata para kaum hawa cenderung matre dalam menilai pria.

Sebab, mereka cenderung menilai pria dari sisi materi. Kebanyakan perempuan di Indonesia lebih memilih pria yang memiliki karir dan penghasilan yang mapan. Hal ini berbeda dengan perempuan di negara-negara lain yang lebih tertarik kepada pria yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Demikian hasil riset yang dilakukan oleh perusahaan biro jodoh profesional asal Singapura, Lunch Actually. Penelitian dilakukan terhadap 1.659 responden dengan komposisi 49,01 persen perempuan dan 50,99 persen pria, dari empat negara yakni Singapura, Malaysia, Hong Kong dan Indonesia. Sebanyak 74,08 persen pendidikan responden merupakan tingkat sarjana ke atas. Tingkat kepercayaan penelitian ini 95 persen dengan margin error mencapai 3 persen.

"Riset kami menemukan tiga alasan besar apa yang menjadi daya tarik dari seorang pria atau wanita. Pria akan tertarik pada wanita karena faktor kecantikan sebesar 44,7 persen, daya tarik fisik sebesar 36,2 persen serta humoris atau baik sebanyak 31,9 persen. Tidak ada perbedaan signifikan antara pria di Singapura, Hong Kong dan Malaysia. Sementara wanita Indonesia tertarik pada pria yang memiliki karir dan penghasilan yang mapan dibanding wanita di negara lain yang memilih pria karena rasa percaya dirinya," kata CEO Lunch Actually, Violet Lim, dalam siaran persnya, Selasa (24/2).

Hasil riset Lunch Actually juga mengungkap fakta perilaku mencari jodoh melalui penggunaan aplikasi online dating. Terungkap bahwa 49,09 persen pria dan 32.72 persen perempuan menggunakan aplikasi online dating untuk mencari pasangannya.

Dari sisi komposisi umur, pria berusia 21 hingga 30 tahun lebih banyak menggunakan aplikasi dibandingkan mereka yang berumur di atas 31 tahun. Sementara untuk wanita, usia 26 hingga 35 tahun. Hal ini wajar sebab perempuan pada usia tersebut sudah mulai merasakan kecemasan psikologis karena belum menemukan jodohnya.

Meski tren menggunakan aplikasi jodoh terus tumbuh, mayoritas responden tetap memilih cara konvensional dalam mencari pasangan hidupnya. Menggunakan jasa biro jodoh profesional saat ini tetap menjadi pilihan utama.

Salah satu alasan mereka adalah menilai cocok tidaknya calon pasangan haruslah dilihat langsung secara fisik (18,57 persen). Sementara yang menjawab tidak yakin terhadap profil dan kualitas seseorang jika mengandalkan aplikasi saja mencapai 37,4 persen.

Para responden sangat yakin bahwa setiap orang memiliki pasangan hidupnya masing-masing. Namun, sayangnya mereka ragu apakah bisa menemukan jodohnya. Sebanyak 43,90 persen perempuan ragu sementara pria 39,72 persen.

Hal ini disebabkan karena secara psikologis wanita yang ragu tersebut menganggap bahwa mereka tidak seagresif wanita lain dalam mengejar jodoh. Di samping itu pula, keraguan timbul karena mereka memiliki standar yang tinggi dalam memilih calon suami dan tidak ada pria yang memenuhi standar tersebut.

"Kami sudah sering membantu klien-klien kami yang kesulitan mendapatkan jodoh di berbagai negara di Asia. Hasilnya cukup memuaskan. Dengan konsep makan siang bersama calon pasangan hidup, mereka bisa memutuskan apakah akan melanjutkan hubungannya atau tidak. Tentu sebelum saling bertemu kami akan mendampingi dan menjalin komunikasi yang intensif dengan klien. Apalagi rata-rata responden kami masih memilih untuk bertemu langsung dibandingkan mengenal secara maya," katanya.

No comments:

Post a Comment